Jakarta, (Orbpaper) - Kelompok Hamas akhirnya menyatakan setuju terhadap usulan gencatan senjata yang diajukan oleh Amerika Serikat, dengan sejumlah syarat penting. Kesepakatan ini membuka peluang berakhirnya konflik berkepanjangan antara Israel dan Hamas yang telah berlangsung lebih dari dua tahun terakhir.
Usulan gencatan senjata disampaikan langsung oleh Presiden AS Donald Trump dalam bentuk rancangan 20 poin yang mencakup penghentian operasi militer, pertukaran sandera, serta pembentukan pemerintahan sementara di Gaza.
Israel diketahui telah menyatakan persetujuan awal terhadap rancangan tersebut pada Kamis (2/10/2025) waktu setempat.
Sementara itu, Hamas menyampaikan tanggapan positif pada Jumat malam (3/10/2025), setelah melalui rapat internal dengan perwakilan politik dan sayap militer di Doha dan Gaza.
Isi dan Syarat Kesepakatan
Dalam pernyataan resminya, Hamas menyatakan menerima kerangka gencatan senjata dengan lima poin syarat utama, yaitu:
Respons Israel dan Amerika Serikat
Pemerintah Israel belum mengeluarkan tanggapan resmi terkait syarat tambahan yang diajukan Hamas. Namun, sumber diplomatik di Yerusalem menyebutkan bahwa pihaknya “masih meninjau klausul penarikan pasukan dan status politik Hamas.”
Gedung Putih menyambut baik sinyal positif ini. Dalam pernyataannya, Presiden Trump menilai langkah Hamas “merupakan titik awal menuju perdamaian nyata di Timur Tengah.”
Tantangan dan Potensi Hambatan
Meski disambut optimistis, kesepakatan ini masih menyisakan sejumlah tantangan:
Analis Timur Tengah menilai, keberhasilan gencatan senjata ini sangat bergantung pada kepercayaan kedua pihak dan pengawasan internasional yang konsisten.
Dampak terhadap Situasi Regional
Jika kesepakatan ini benar-benar dijalankan, maka:
Sementara bagi kawasan, keberhasilan gencatan ini dapat mengurangi ketegangan di Lebanon dan Suriah yang sebelumnya terdampak konflik lintas batas.